Serta Mulia, Partner Terbang Pertama!
Aku selalu senang menyebutmu: Partner terbang pertama. Karena memang benar, pertama kali aku melihat awan dari dalam kabin pesawat, ya denganmu. Pun juga sama denganmu, kan? Maka (sekali lagi), tepatlah jika kita menamai relasi kita sebagai relasi sepasang "Partner terbang pertama". Aku masih ingat betul lepas landas pertama kita (yang sangat canggung dan lucu, karena satu sama lain terlalu gengsi untuk menunjukkan rasa takutnya. Hhaha). Entah apa juga yang membuat kita begitu keras kepala mengedepankan gengsi pada saat itu. Kalau diingat-ingat sekarang, aku cukup menyesal tidak mengambil lebih banyak jepretan momen "serba pertama" saat itu. Pertama kali menginjakkan kaki di bandara, pertama kali masuk kabin pesawat, pertama kali keluar kota yang agak jauh. Oh! Apakah kamu masih menyimpan beberapa jepret gambar di momen itu? Kalau ada, bagikan padaku juga ya!
Sampai pada hari pencalonan ketua organisasi di sekolah, aku tak heran ketika namamu muncul disana. Tentu sebagian besar siswa(i) menyambutnya dengan euforia tersendiri. Akhirnya akupun ada di sana juga sebagai seorang siswa baru yang ingin sekedar bergabung sebagai pengurus biasa saja. Akan menyenangkan sepertinya bekerja bersama seseorang yang sedikitnya sudah aku tahu dan sudah diakui "cahaya"nya (yaa meskipun mungkin disana aku hanya akan menjadi seperti sebatang lilin ulang tahun di atas kue yang menyalurkan sebagian kecil cahaya saja). Agak meleset dari perkiraanku, setelah jajaran kepengurusan terbentuk ternyata aku berkesempatan untuk jauh lebih dekat dengan orbitmu: posisi sekretaris (sejujurnya ketertarikan pada posisi ini sempat kusampaikan dengan malu-malu pada kakak kelas yang mewawancarai saat itu). Dari situ aku tahu ternyata tidak ada salahnya juga menyampaikan keinginan, meskipun akan terdengar konyol/terlalu muluk.
Maka setelah berjalan bersama selama beberapa waktu, pemahamanku tentangmu bukan lagi hanya sebatas mas-mas yang rajin misa, atau mas-mas paskibraka yang beken, atau mas-mas yang suka bawa sepeda pancal ke sekolah. Kemudian aku mengenalmu sebagai seorang laki-laki dengan suara dan kepercayaan diri yang berbanding terbalik. (Sumpah! Pertama kali aku membicarakanmu dengan kakak perempuanku, kami membicarakan betapa suaramu jauh lebih berat dan rendah daripada laki-laki kebanyakan di sekolah kita). Aku tertarik dengan kepercayaan dirimu yang seringnya melebihi ekspektasiku. Aku selalu ingat bagaimana caramu menjabat tangan lawan bicara dan menyebutkan nama serta asalmu dengan mantap. (Aku juga masih ingat betul bagaimana akhirnya kamu berhasil lepas dari proses ganti rugi pasca sepeda motor yang kau kendarai menabrak sebuah mobil yang sedang mundur dari parkiran. Semata karena perkenalan dirimu yang begitu mantap dan percaya diri dengan si pemilik mobil. Gila juga kamu! Hahaha). Aku juga akhirnya mengenalmu sebagai salah seorang yang sabarnya jauh lebih luas dari gabungan lapangan sekolah kita. Aku ingat betul saat itu aku menjadi marah dan kesal pada seorang kakak kelas yang nyaris menghilangkan seluruh data di perangkat penyimpananku lantaran laptopnya penuh dengan virus. Aku mendatangimu (yang sepertinya sedang sibuk dengan karya tulismu atau entah apa, aku bahkan tidak bertanya disana), lalu menceritakannya padamu dengan kesal. Tapi dengan santai kamu menyuruhku duduk di sebelahmu dan memberikan beberapa alasan masuk akal mengapa aku perlu meredakan emosi saat itu. Juga akhirnya secara pribadi aku mengenalmu sebagai seseorang yang sorot matanya hidup dan bercahaya. Waktu itu aku cukup heran, karena sepertinya itu kali pertama aku melihat sorot mata seseorang bisa sehidup dan seterang itu. (Diam-diam dulu aku sering main gambling dengan seorang teman perempuan, sebelum bertemu denganmu kami terlebih dahulu menebak-nebak apakah matamu "menyala" atau tidak hari itu).
Ada satu frasa yang pernah kau tuliskan dan masih kuingat betul sampai hari ini: nggetih tenanan. Selama bersimpangan orbit denganmu, aku mencoba dan belajar menghidupi juga apa yang kau tuliskan itu. Maka di suatu masa di hidupku, aku (pernah) sangat yakin bahwa sesuatu yang diperjuangkan dengan sangat bahkan sampai "berdarah" akan menghasilkan sesuatu yang baik suatu saat nanti. Akupun semakin amin tatkala melihat namamu membumbung tinggi dan jadi semakin wangi belakangan ini. Dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku ingin menyampaikan: aku sangat (dan selalu) bangga padamu!
Tapi mas, kadangkala semesta cukup suka bercanda ya? Setelah tumbuh dewasa, ternyata segala sesuatu tidak lagi bisa sesederhana yang kita kira dulu. Akupun yakin apa-apa yang kau raih dan dapatkan saat ini tidak semudah dan sesederhana bejuang-betul-betul lalu berhasil-begitu-saja. Tentu ada banyak cerita, tebing terjal, dan mungkin indah kuatnya ombak yang kau alami dan rasakan sebelumnya. Kalau ada waktu dan kesempatannya kita bisa bertemu lagi, aku ingin betul membahas hal itu dan bertukar pikiran soal banyak hal denganmu.
Sepertinya ini ulang tahunmu yang ke sekian setelah orbit kita terpisah dan menjauh. Semoga segera datang saatnya (mungkin di ulang tahunmu yang kemudian), orbit kita bisa mendekat dan bersinggungan lagi yaa!
Komentar
Posting Komentar