Energi untuk Lebih Hidup


Dari sekian banyak orang dengan masing-masing pekerjaannya yang pernah aku tahu, yang buatku paling menarik dan membuatku kagum ternyata bukan orang-orang dengan pekerjaan gaji tinggi atau nama yang besar. Benar, di beberapa sisi orang-orang seperti itu cukup menarik dan inspiratif, tentu aku juga belajar banyak hal dari mereka. Tapi belakangan kusadari, justru yang membuatku lebih tertarik dan kagum adalah orang-orang yang mencintai pekerjaan dan hidupnya, yang melakukan segalanya dengan sepenuh hati. Karena buatku, cinta akan pekerjaan dan hidup memancarkan energi tersendiri. Energi yang bukan hanya dirasakan oleh yang bersangkutan ketika mengerjakan pekerjaan dan hidupnya, tapi juga dirasakan oleh orang-orang disekitarnya.

Maka ada beberapa orang yang akhirnya kukagumi disana. Selain host siniar yang pernah kuceritakan sebelumnya, belakangan ini aku dibuat tertarik dan kagum pada kecintaan seorang barista pada pekerjaan, kehidupan, (dan obsesinya pada balon menari di salah satu brand toko cat yang tersebar di kotanya). Melalui unggahan di media sosialnya, ia membagikan kehidupan sehari-hari dan pekerjaannya. 

Tinggal di sebuah rumah kost sederhana di daerah Pakem yang harga sewa kamar setahunnya hanya separuh UMR kota tempatnya bekerja. Sebuah omah tabon bergaya Jawa klasik dengan ruang tengah dan halaman belakang yang cukup luas. Lantainya dari semen tanpa keramik dan atapnya tinggi tanpa plafon, pembatas kamarnya dari papan kayu, udaranya sejuk bahkan tanpa kipas angin.

Kehidupannya sehari-hari lebih kurang seperti ini. Memulai hari dengan bangun pagi-pagi betul, menuju ke Pasar Pakem untuk membeli sayuran dan bahan lauk, memasak sarapan, kemudian bersiap dan menuju kedai kopi tempatnya bekerja yang berjarak lebih kurang setengah jam perjalanan dengan sepeda motor. Tiba di kedai kopi, ia mengawali dengan menyapa rekan satu shiftnya dengan salam khas. Kemudian mulai menata kemasan kopi dan kotak-kotak susu, mengecek biji kopi, melakukan kalibrasi, dan mempersiapkan beberapa peralatan dengan gerakan yang manis dan hidup. Gerakan yang sederhana tapi terasa betul dilakukan dengan penuh perasaan dan kesungguhan. Sesekali sebelum kedai kopi ramai oleh pengunjung, ia menyempatkan waktu mencoba-coba resep blend baru untuk update menu. Tak jarang ketika tiba di kedai kopi lebih dulu sebelum tim yang lain, ia membantu membersihkan kedai: menyapu halaman, mengelap meja, dan memastikan alat-alat yang perlu sudah bersih seluruhnya. Pulang dari kedai kopi di malam hari, ia biasa menyiapkan dan makan malam sederhana di kost. Untuk beberapa kesempatan yang bisa dirayakan seperti hari gajian, ia akan membeli makan di luar. Gemak goreng, salah satu bentuk perayaannya. Sebelum istirahat, disempatkannya melakukan journaling sambil ditemani aroma hangat stick aromaterapi yang sudah dinyalakan di sudut kamar.

Di waktu-waktu senggang yang agak panjang, ia akan menyempatkan diri bertemu dengan kawan-kawan lamanya. Entah sekedar untuk mengobrol, makan bareng, atau bahkan saling berbagi ilmu di dunia per-kofisyop-an. Sesekali ia juga mengisi waktu dengan naik ke bukit lalu menyeduh kopi dan memanggang roti disana sambil menikmati pemandangan. Untuk waktu-waktu senggang lain yang tidak terlalu panjang, ia akan bermain dengan kucing-kucing peliharaannya, melakukan sedikit pemanasan dan olahraga ringan, membersihkan rumah dan kamar kost, menata kaset pita di lemari, atau mencuci sapu tangan. Di hari libur akhir pekan, ia sering pulang ke rumah orang tuanya yang berjarak hampir tiga jam perjalanan dengan sepeda motor. Tiba di rumah, setelah istirahat sebentar ia mulai melakukan salah satu tugas wajibnya yakni mengurus kebun milik keluarga. Yang dilakukan di sana sederhana saja: mencabuti ilalang, memangkas daun-daun kering dari beberapa pohon buah, menggemburkan tanah, dan menyirami beberapa sisi kebun dengan pot siram yang airnya ia ambil dari mata air resapan. Aktivitas dan gerakan yang begitu sederhana bahkan terkesan biasa saja, tapi terasa sangat hidup karena dipenuhi dengan sukacita.

Melihat rekaman aktivitas sehari-harinya yang sederhana tapi terlihat sangat hidup, muncul perasaan yang mirip seperti ketika menonton tangkapan aktivitas si bapak tua di film Perfect Days. Melihatnya, aku merasa mendapat seorang guru baru. Guru yang mengajariku betapa aktivitas sehari-hari seperti bangun pagi-pagi, memakai bedak dan menata rambut, mengecek dan mengerjakan beberapa update dokumen, membuat laporan, mencari dan memesan beberapa hal sesuai perintah atasan, mengisi bensin di SPBU terdekat selepas jam kantor, berolahraga ringan di sore hari, membaca buku, mencuci baju, keramas dan menggunakan lotion sebelum tidur; meski terasa monoton karena sangat biasa dan begitu saja, ternyata bisa menjadi pekerjaan dan aktivitas yang manis dan hidup bila dilakukan dengan kesungguhan dan sepenuh hati. Seperti ia yang bisa menyerap dan membagi energi baik dari biji-biji kopi yang ditemuinya sehari-hari, mungkin aku perlu belajar menyerap dan membagi energi baik dari tumpukan dokumen yang kuhadapi sehari-hari. Siapa yang tahu jika ternyata pancaran kecil energinya juga bisa membantu orang lain (dan diriku sendiri) untuk merasa lebih hidup, kan?

Komentar