SOAL TUA MUDA


Sebenarnya tulisan ini mulai dibuat ketika rembulan sedang seksi-seksinya, kurang segaris (dua malam) lagi menuju purnama sempurna. Orang-orang pulang dengan menyangking daun palma di tangan. Beberapa mungkin melanjutkan malam dengan berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan bersama keluarga atau pasangannya, beberapa mungkin melanjutkan perayaan kegembiraan yang dibawa dari dalam gedung gereja dengan makan malam bersama, beberapa yang lain mungkin melanjutkan pekerjaannya, mungkin juga langsung kembali ke rumahnya, atau sekedar mampir isi bensin di SPBU terdekat berkeliling sebentar lalu pulang, sepertiku. Tapi bukan itu yang penting, bukan juga soal apa yang dilakukan orang-orang lain sepulang ekaristi malam ini. Tapi malam itu pikiranku sedang minta diajak lari kesana kemari. Maka sambil mengelilingi kota di jalan yang familiar, aku membiarkan isi kepalaku berkeliaran mendahului laju motor yang sengaja kubuat tidak terlalu kencang.

Lalu kesinilah akhirnya malam ini isi kepala berkelana: seiring waktu bergulir, aku seringkali merasa sudah terlalu tua untuk banyak hal. Seperti yang mungkin juga dirasakan teman-teman seangkatan, seperempat abad rasanya sudah bukan usia yang cukup muda untuk bermain-main. Banyak hal mulai harus dipertimbangkan dan diputuskan sendiri. Beberapa hal yang sebelumnya tidak atau belum menjadi bahan pertimbangan dan perlu dipikirkan, mulai perlu dipikirkan dan dipertimbangkan matang-matang, bahkan sebisa mungkin minim kesalahan dan kekeliruan. Kesalahan dan kekeliruan bukan lagi dihindari untuk mendulang ego semata, kekhawatiran akan imbas dan efek samping dari kesalahan dan kekeliruan yang harus ditanggung apalagi merugikan pihak lain tentu jadi momok yang tidak kalah menakutkan. Ada kesenjangan antara waktu yang terus berlari menjelma usia dengan pengalaman yang rasanya lebih banyak jalan santai bahkan duduk-duduk saja. 

Agar isi kepala tidak semakin jauh berlarian tak tentu arah, di pertengahan kuputuskan membuat beberapa daftar hal yang membuat aku merasa terlalu tua untuk dilakukan saat ini. Aku merasa terlalu tua untuk menggemari hal manis dan lucu-lucu, terlalu tua untuk aktivitas berat dan bertenaga ekstra seperti yang paling sepele: menonton sambil berdiri berjam-jam di konser musik, terlalu tua untuk makan makanan yang enak tapi beresiko untuk kesehatan, terlalu tua untuk memainkan berbagai jenis permainan, pun juga bermain-main dengan kehidupan, juga terlalu tua untuk memulai hubungan dari nol, pun juga belajar sesuatu yang baru dari nol bahkan minus. Kalau sudah merasa terlalu tua untuk banyak hal itu, lalu apa yang sebaiknya dilakukan di usia-usia sekarang ini? Sejujurnya aku juga tak yakin apa jawaban yang paling tepat, kemampuan dan kebijaksanaan di dalam kepala tentu masih jauh dari kata cukup dan matang, tapi seputar bermain-main dan mencoba-coba berbagai kemungkinan beresiko, nampaknya juga mulai perlu ditimbang matang-matang. 

Tapi permenungan ini menjadi semakin menarik ketika kuingat cuplikan-cuplikan percakapan dengan beberapa orang di sekitar, mulai dari yang paling remeh temeh sampai ke yang cukup dalam: "kamu umur berapa sih mba? ahhh, masih muda banget itu!" "Nggak pengen coba peluang karir lain? Sayang banget lho, kamu masih muda!" "Lho, nggak makan jeroan? Nggak apa-apa lahh kan masih muda, aman lahh." "Halah masak gitu aja udah capek nggak kuat, malu sama umur mba!" "Eh udah married belum sih? Ohh santai aja, masih muda juga." 

Percakapan-percakapan yang berkebalikan ketika bertemu kawan yang seumuran: "Nggak usah aneh-aneh banyak tingkah, udah tua juga!" "Badanku pegel-pegel nih, badanmu juga nggak?" "Bawa tolak angin nggak? Eh koyo punya?" "Pesen yang anget aja, mulai perlu menghindari es nih kita." "Makanannya nggak usah aneh-aneh, banyakin buah sama sayur. Inget badan udah ga muda lagi!" "Astaga beli apa sihh, kayak bocah aja!" "Halah, udah lah skip aja, udah umur segini bukan waktunya coba-coba."

Jalan berputar ke arah kost makin mendekat, tidak jauh lagi akan tiba. Ketika tiba, waktu berkontemplasi diakhiri. Setidaknya ini jadi batas buat kepala, supaya runyamnya tidak terbawa sampai ke atas bantal atau di sela selimut di jam larut. Lima ratus meter lagi sampai, tiba-tiba mencuat sebuah suara lantang di dalam kepala mendengung di belakang telinga: Persetan tua atau muda, tugasku hanya menarikan tarianku saat ini, disini, kini. Menggolongkan apakah saat ini masih muda atau sudah tua bukan tugasku. Toh tua atau muda ternyata relatif juga!

Komentar