SEPERTI BINTANG


Hai, apa kabar? Sepertinya sudah cukup lama setelah terakhir kau menghubungiku untuk pamit dan memutuskan untuk tidak lagi berkontak. Oh atau sebenarnya belum lama, tapi aku yang kurang terbiasa saja, jadi cukup lama rasanya? Ahh, tapi apapun itu, aku ingin memberitahumu bahwa keadaanku disini baik-baik saja, aku harap begitupun denganmu disana. Setelah kita tidak berkontak, aku masih menulis seperti sebelumnya, juga masih membaca tulisan-tulisan serta buku-buku seperti yang biasa kulakukan sebelumnya. Kini aku menambah referensi juga dengan menonton film-film dan mengagumi masing-masing sinematografi serta pendalaman peran tokoh-tokohnya. Aku selalu membayangkan dan berangan-angan, kira-kira seperti apa yaa kehidupan dan watak masing-masing tokoh di kehidupan sebenarnya, mirip seperti peran yang dimainkan atau justru berkebalikan?

Ada banyak peristiwa dan cerita yang sebenarnya ingin kubagi denganmu. Bahkan kadang secara tidak sadar setelah menyelesaikan sesuatu, aku berpikir: kalau aku cerita padamu, sudah pasti kau akan bangga dan memuji-muji usahaku yang tak seberapa itu, lalu kita merayakannya dengan sederhana sambil makan soto banjar atau minum es krim Walls cup bersama. Juga beberapa kegagalan dan masa-masa terpuruk, sungguh ingin kubagi denganmu. Setidaknya disana kita bisa bersama-sama mengutuki dan menyumpahi hal-hal yang menyebalkan, menangis bersama di atasnya, lalu bergelak menertawakan hidup yang terlalu lucu untuk terus dipikirkan. (Ngomong-ngomong aku masih ingat waktu itu aku ngamuk setengah mati saat berada di kontrakanmu dan kamu berusaha juga setengah mati untuk menenangkanku. Kukira kamu benar peduli padaku sepenuhnya saat itu, ternyata kamu hanya takut aku makin mengamuk dan menghancurkan akuarium ikan mahalmu. Sial juga kamu! Hahaha).

Aku selalu ingin memanggilmu Maha-Guru sejak dulu. Aku suka mempelajarimu, baik melalui hal-hal yang secara sengaja kau bagikan dan kau tularkan maupun sikap ataupun pemikiran yang diam-diam kuserap darimu sari-sarinya. Tapi kamu selalu menolak dianggap guru, kamu merasa hanya menang pengalaman 1 tahun hidup lebih lama dariku, tidak lebih tidak kurang. Tapi kurasa, pengalaman dan jam terbangmu lebih dari sekedar selisih setahun dariku. Ada terlalu banyak hal yang kau lalui yang sepertinya tak sanggup ditampung hanya sekedar dalam kurun 364 hari (tentu saja karena selisih tanggal lahir kita persis setahun kurang sehari).

Dulu kamu pernah bilang kalau kamu rasa kita selamanya, tidak akan ada yang bisa memisahkan kita. Aku tidak yakin waktu itu, tapi aku aminkan saja karena aku juga tentu senang jika benar demikian adanya. Tapi semua hal ada masanya. Kini putaran orbit kita sudah bergerak menjauh dan tak lagi ada perpotongannya. Masaku dalam hidupmu, pun juga masamu dalam hidupku sudah berlalu. Kini aku amin pada kata-katamu di detik-detik terakhir kita bertemu dulu. Waktu itu aku menolak interaksi dan menjadi dingin, aku tahu kita akan berpisah dan aku takut akan perubahannya nanti. Tapi kamu bilang setidaknya ada memori baik yang bisa sama-sama kita ingat jika kita berpisah dalam keadaan baik. Ya, sekarang ketika mengingat tentangmu, memang potongan memori-memori baik yang muncul. Mulai dari memori ketika malam-malam aku datang ke kontrakanmu sekedar minta ditemani menangis di alun-alun kota sampai larut, lalu kita didamprat habis-habisan oleh juru parkir karena di parkiran tersisa motor kita saja. Juga memori ketika tulang tanganmu patah setelah tergilincir di jalan ber-oli, lalu selama beberapa hari aku terpaksa mengantar jemputmu kemana-mana. Juga memori ketika kita makan es krim di alun-alun kota sekedar untuk merayakan keberhasilanku melewati proses pendaftaran ujian seminar proposal yang tidak mudah. Juga memori ketika kita menatap langit-langit kostmu sambil menceritakan hal-hal yang kita cinta dari pasangan masing-masing. Juga soto banjar yang selalu jadi opsi utama makan siang kita kala itu (yang sepertinya sekarang sudah tutup dan tidak jual lagi). Juga pasar ikan dan pasar bunga tempat jujugan favorit ketika kita sama-sama suntuk dengan perkuliahan. Juga adik tingkat manis lucu yang kau kagumi dan dengan mudah kutebak sebelum kau menceritakannya padaku. Dan hal-hal menarik serta menyenangkan lain yang akan panjang jika kutuliskan semua disini.

Aku tak berharap apa-apa untuk kita kedepannya, pun juga setelah tulisan ini kubuat (juga mungkin kau baca pada akhirnya). Aku hanya berharap kau selalu hidup baik disana. Sejujurnya aku cukup senang kau muncul dengan update tulisan baru di platformmu awal tahun ini. Aku berharap kedepannya bisa membaca lebih banyak soal update kehidupanmu dari sana. Seperti yang kau tahu, aku menyayangimu dan akan selalu seperti itu. Semoga apa-apa yang kita (minimal aku) titipkan lewat malaikat-malaikat pelindungmu setiap hari, boleh menjadi salah satu bintang di gelapnya malam-malammu: meski jarang kau sadari dan pendarnya kecil saja, tapi selalu disana tiap kau mencarinya.

Komentar