BELUM RAMPUNG



Setelah lama tenang, semalam singa dalam diriku meronta lagi, mengaum kasar dan menabrak-nabrak tembok ego. Ya, ia lapar dan minta dikenyangkan. Kali ini apa yang diminta? Aku tak yakin. Tapi ada yang bilang, makhluk hidup cenderung menjadi ganas ketika merasa kurang disayang. Ahh jadi singaku semalam bangkit karena aku sedang menjelma seorang wanita yang kurang kasih sayang? Ssssttt! Jangan keras-keras, nanti ada yang dengar!

Menolak mentah-mentah asumsi bahwa dinding egoku tertabrak lantaran haus rasa sayang, aku memilih diam sendiri dan mulai menjelajah masuk ke dalam. Tentu bukan perjalanan yang akan mudah dilalui. Penuh lumpur hisap dan lumut licin yang bahkan lembab dan tampak berlendir. Jika tak hati-hati, alih-alih menemukan apa yang dicari dan dibenahi, bisa-bisa malah terjembab dan dihisap masuk ke lubang yang tak semestinya dan terjebak disana. Dibantu tongkat-tongkat kesadaran dan pendar kecil pelita kewarasan, aku mencoba untuk masuk lebih dalam dan semakin ke dalam.

Di sudut agak dalam dekat lumpur hisap yang tampaknya sudah tua dan mulai agak mengering, aku melihat seorang anak kecil terduduk dengan kedua lengan menutup kepalanya. Apakah ia sedang tertidur? atau malah sedang menangis? Ahh, sepertinya aku kenal baju itu! Baju yang dikenakan anak kecil (yang sedang duduk menunduk di sudut itu). Baju terusan berwarna putih. Dengan gambar binatang serupa beruang yang bermain di tengah taman. Ada aksen manis di bagian pundak dengan tali berwarna hijau muda.

Kemudian muncul alunan lagu Rayuan Perempuan Gila dan Semua Aku Dirayakan-nya Nadin yang terdengar seperti sengaja diputar bersahut-sahutan. Meski cukup mengganggu di pendengaran, kucoba abaikan putaran lagu yang sepertinya sengaja diputar semata karena lagu-lagu tersebut sedang naik daun dan diputar dimana-mana akhir-akhir ini. Tapi makin keras lagu terputar dan makin keras inginku untuk mendekati si anak kecil, rasanya makin aku tertarik ke belakang menjauhinya. Semakin keras dilawan, semakin keras tarikannya. Suara tangis anak kecilnyapun makin terdengar, semakin jauh justru semakin keras.

Lalu di akhir lagu, aku tersentak seperti dibangunkan dan dikembalikan tiba-tiba pada kesadaran penuh, seperti seorang yang baru tersentak bangun dari mimpi buruk. Maka disitu taulah aku, bahwa hingga kini aku belum berhasil menjinakkan singa dalam diriku. Singa liar yang menjadi jelmaan cerita sedih masa kecil yang belum rampung.

Komentar