IMAJI SI BERANI


Sekarang aku tahu apa yang membuat aku kadang sulit tidur di beberapa malam. Jawabannya ada pada hal terakhir yang muncul di pikiranku sebelum tidur: si berani. Yaa, kekagumanku pada si berani membuat malam-malamku kadang jadi terasa singkat. Tapi sekarang aku tahu bahwa apa-apa yang membuat mataku terjaga itu hanya berasal dari pikiranku saja: aku membuat imaji yang sempurna soal 
si berani di pikiranku. Hal baik yang dilakukan hanya menambah kesempurnaan imaji, dan yang buruk ditipiskan lalu ditempel seadanya hanya agar tampak manusiawi saja.

Untuk apa? Entah juga untuk apa aku sedemikian rupa membangun imaji yang sempurna tentang si berani. Tapi sejujurnya memang aku cukup suka waktu-waktu dimana aku hanya duduk melamun sambil tersenyum-senyum membayangkan si berani. Kadang sambil diiringi musik acak dari web pemutar lagu yang diulang-ulang: Mary on a Cross dari Ghost, misalnya. Saat itu, tidak ada hal lain yang bisa mengganggu dan membuyarkanku dari si berani. Momen ketika aku benar-benar menyesapi dan menikmati setiap keping kekaguman yang luruh bersama detik jam dinding. 

Sempat aku berpikir, mungkin ada benarnya yang dikatakan orang: semakin kita kagum pada keindahan bunga, semakin kuat upaya kita menekan keinginan untuk menyentuh bahkan memetik. Benar juga semakin bertumbuh kekagumanku, semakin kecil keinginanku untuk bersinggungan orbit dengannya. Kurasa berpapasan saja cukuplah. Maka aku agak ragu ketika ditengah sebuah percakapan tiba-tiba ia berceletuk: nanti kalau kamu kembali, ayo bertemu. Sejujurnya aku agak khawatir bagaimana jika setelah bertemu ternyata si berani tidak seperti apa yang ada di pikiranku selama ini? Bagaimana jika kenyataan setelah kami bertemu nanti menghancurkan imaji-imaji sempurna yang sudah kubangun tentangnya selama ini? Lalu bagaimana kedepannya aku bisa membuat waktu-waktu syahdu untuk menikmati imaji-imaji yang mungkin akan hancur itu? 

Tapi malam itu, sambil menyeruput kopi krimer hangat aku sadar akan sesuatu: buat apa juga terlalu kupikirkan kalau bulan saja bisa jadi lebih seksi justru karena bopeng-bopeng di wajahnya.

Komentar