PALUNG


Nda, manusia kadang suka mengumpamakan dirinya sendiri dan orang lain dengan sesuatu. Seperti aku yang suka mengumpamakan diriku sebagai seekor singa, aku ingin mengumpamakanmu sebagai sebuah palung. Palung yang sangat dalam dengan banyak celah tipis pada dindingnya. Kau tahu ciri palung yang paling nyata? Ya, dia dalam dan berbahaya. Ohh ya, di kamus beberapa orang, berbahaya artinya sama dan sepadan dengan menantang. Ya, persis sepertimu. Meski dalam dan berbahaya, ternyata ada juga beberapa makhluk yang hidup di dalamnya. Ada banyak hal yang hidup di celah terdalammu. Memang banyak yang bilang makhluk-makhluk yang hidup disana bentuknya menyeramkan dan tidak menyenangkan. Ahh tapi mungkin seperti yang kamu bilang, apalah artinya validasi soal penampilan dari yang lain kan?

Nda, nggak banyak yang aku tahu soal kamu. Sama seperti sedikitnya referensiku soal palung yang ada di dunia. Tapi meskipun baru berenang-renang di permukaanmu, aku cukup senang bisa mengintip beberapa keindahan di balik gelapmu di dalam sana. Sesekali aku lihat ikan-ikan kecil berkeriyapan di terumbu karang yang tumbuh di bibirmu: oh! kamu terlihat ramah dan bersahabat dari sudut itu. Kadang aku iseng berenang menyelam masuk lebih dalam ke bawah bibirmu yang tenang. Di dalam benar-benar gelap ya, Nda. Tapi belum pernah jua kujumpai satupun makhluk menyeramkan seperti yang diceritakan orang-orang. Ahh atau mungkin aku saja yang terlalu takut dan kurang berani untuk terus menyelam lebih dalam dan mencari mereka. Meski begitu, kunikmati saja ketidaktahuan dan keberanianku yang hanya sejauh lemparan batu kali itu. Bukankah hidup harusnya dinikmati kan, Nda?

Kali lain waktu aku merasa hilang arah dan hanya mengambang pasrah di dekat permukaanmu, aku iseng menendang-nendang punggungmu yang kukira akan sekeras batu karang. Aku harus kemana dan berbuat apa ya, Nda. Tiba-tiba air permukaanmu yang tadinya bergejolak karena pancalan kakiku menjadi tenang seketika. Seingatku juga itu kali pertama kamu mulai menunjukkan bijaksananya arusmu di hadapanku: diem dulu sebentar, coba cari tahu dulu apa yang membuat kamu merasa seperti ini. Lalu disitu kamu bercerita bagaimana kamupun pernah mengikis bibir-bibir dan punggungmu lantaran memikirkan hal serupa beberapa waktu lalu. Setelah itu, kita jadi sering bertukar cerita soal banyak hal: soal nyanyian laut favorit masing-masing, soal putri duyung manis yang suka kau pandangi paras dan lekuknya dari kejauhan, soal binatang kecil kesukaan kita (ternyata tanpa sengaja kita menyukai binatang kecil yang sama). Namanya Kitty! Pekikmu bangga mengenalkan binatang kecil yang pernah kau pelihara di celah punggungmu. Punyaku lebih keren! Namanya Arthur! Aku juga tak mau kalah memamerkan peliharaan kecil jagoanku. Lalu kita tertawa-tawa membahas mengapa peliharaan berwarna jingga selalu dianggap ras terkuat dibandingkan peliharaan warna lain.

Sekali waktu, aku sungguh dibuat mati penasaran akan isimu di kedalaman. 'Nda, seperti apa isimu di bawah sana?' 'Lihat saja sendiri! Gelap dan menyeramkan, bukan?' Jawabmu malah balik bertanya. 'Nggak, Nda. Ini menarik!' Aku menjerit kuat-kuat setelah mencoba menyelam lagi lebih dalam dan mulai memerhatikan sekitar. 'Apanya yang menarik?' Tepismu sekilas. 'Lihat, kamu punya banyak ceruk-ceruk kecil yang ditumbuhi dan ditinggali banyak makhluk Nda. Kenapa kamu nggak pernah mengenalkan mereka padaku? Lihat, mereka banyak dan bentuknya lucu-lucu! Ohh, yang ini menyengat. Hihi. Heii, yang ini cantik sekali bentuknya!' Aku mencoba menyentuh dan meraba satu persatu makhluk yang diam di ceruk-cerukmu. Kamu diam saja dan membiarkan aku terus berenang masuk. Tapi di sebuah kedalaman tiba-tiba aku menemui jalan buntu. Sisi-sisinya tajam penuh tanaman berduri dan celahnya sangat sempit. Mustahil untuk aku bisa masuk lebih jauh jika kamu tidak menggoyangkan punggung agar tanaman-tanaman ini rontok dan memberiku ruang lebih lebar untuk lewat. Karena aku masih penasaran dan ingin terus berenang masuk, maka dari kedalaman aku mendongak dan berteriak: Nda, boleh aku masuk dan menyusurimu lebih dalam lagi?

Komentar