YANG DICARI


"Memaafkan pangkal hidup sehat dan bahagia"

Menariknya tulisan ini kubaca di salah satu spanduk penerimaan siswa baru yang terpasang di pinggir jalan. Aku agak kurang paham korelasi antara kalimat tersebut dengan tema penerimaan siswa baru yang jadi tujuan utama spanduk ini. Tapi itu tak jadi soal buatku. Mungkin saja itu adalah bagian dari marketing sekolah mereka agar spanduknya menarik perhatian pengguna jalan (?)

Tapi kalimat barusan cukup mengganggu pikiranku selama perjalanan. Ahh masak iya sih hanya dengan memaafkan bisa membuat hidup sehat dan bahagia? Maka sepanjang perjalanan menuju bioskop siang itu perhatianku terpusat penuh pada kalimat itu. Sambil menarik gas pelan-pelan kuingat-ingat beberapa peristiwa yang terjadi beberapa waktu belakangan. Boleh diakui kalau keadaanku beberapa waktu belakangan kurang baik. Tapi seharusnya tidak terlalu parah karena aku masih bisa bertopeng dan berpura-pura baik-baik saja seperti biasa didepan orang lain. Oh ini karena aku sudah terbiasa bertopeng saja atau sebenarnya usaha mengamini paham "kepura-puraan yang dipelihara akan menjadi doa dan berbuah kenyataan"? 

Meski begitu, kuakui bahwa di beberapa waktu ketika aku sedang sendiri aku merasa sangat hancur dan hilang arah. Di beberapa saat aku membiarkan diriku terbenam kedalam rasa-rasa yang muncul lalu menangis sejadi-jadinya, tapi di beberapa saat yang lain aku berusaha menjadi tenang dan memikirkan kira-kira apa yang menyebabkan perasaan-perasaan itu muncul dan menggangguku. Berhari-hari aku memikirkannya di setiap sela waktu berkegiatan, tapi tak juga menemukan jawab. Hari-hari berlalu dengan tak banyak kegiatan yang kulakukan, tapi seperti baru perjalanan jauh sekali rasanya; capek. Hingga suatu waktu, aku sadar bahwa yang aku cari persis apa yang tertulis di spanduk itu: mungkin aku belum memaafkan.

Komentar