LANGKAH AWAL



Beberapa waktu yang lalu sambil jalan sore, kuputar lagu-lagu dari sebaris playlist yang jarang kuperbaharui juga di ponsel. Lagu-lagu yang terputar acak kadang diiringi ingatan tentang apapun atau siapapun. Sebuah lagu terputar dari penyanyi yang jarang kudengar namanya tapi justru sangat familiar melodinya: Semoga, Ya. Tak seperti yang sudah-sudah dimana lagu ini akan terputar sampai habis lalu tergantikan dengan lagu berikutnya lalu ke lagu berikutnya lagi dan seterusnya. Tapi sore ini, beberapa baris lagu terasa lebih bermakna.

    "..kumau jadi sesuatu, yang kau tahu itu aku. kumau dari dulu. tapi kenyataannya kumasih         hanya menunggu..

    ..ya semoga tak ada guna bila, kumasih diam saja.."

Betul, lagu yang lewat ditelingaku terdengar lebih bermakna ketika itu berkaitan dengan suatu kejadian atau seseorang. Mendengar beberapa baris lirik itu aku jadi ingat si manis dan ambisiku untuk menemuinya di Pulau Dewata. Tapi toh selama ini aku hanya duduk diam di atas dipan sambil mengagumi gambar dan tulisannya, tanpa berbuat apa-apa. Memang bisalah aku nekat terbang kesana dan tangan kosong datang ke studionya: alamat studionya sudah kupegang sejak lama dan kapan-kapan saja jadwalnya bertandang kesana bisa kupantau lewat media sosialnya. Tapi aku mau lebih dari sekedar itu. Aku mau jadi sesuatu, yang layak untuk dikenalnya. Aku mau kami bertemu karena kami masing-masing adalah sesuatu yang kemudian bisa saling menggali sesuatu dari satu sama lain (seperti aku menggali beberapa lubang hidupku di tulisan-tulisannya selama ini). 

Apa yang membuatku selalu kagum betul padanya adalah karena setiap tulisan atas kejadian dan peristiwa hidupnya terdengar seperti nyanyian. Nyanyian yang kurang kukenal penulisnya tapi familiar betul di telingaku melodinya. Juga kadang seperti film. Film yang jarang kudengar nama sutradaranya, tapi familiar betul latar dan alurnya. 

Maka kusadari juga kealpaanku melakukan apa-apa yang perlu untuk minimal membuat ia tahu bahwa ada manusia yang hidup di belahan waktu lain yang amat kagum padanya. Memang, semoga pun tak akan ada gunanya bila kita masih diam saja. Maka meski bukan juga berarti apa-apa, kuanggap tulisan ini sebagai salah satu langkah awalku untuk bertemu dengannya. 

Komentar