DISTRAKSI


Hanya ada sedikit hal yang membuatku terdistraksi sampai melupakan sesuatu yang kusukai -si Manis misalnya-. Tapi beberapa hari yang lalu akhirnya ada sesuatu yang membuatku melupakannya. Seorang guru teater yang kukenal baik sejak SMA mengunggah sebuah pengumuman lomba membaca sajak. Tentu saja aku ingin ikut! Sudah lama rasanya tidak bergelut di 'dunia seru' ini. 

Pendaftaran dan pengiriman video karya akan ditutup dalam beberapa hari. Aku tahu sumber daya dan waktuku terbatas. Aku sudah bisa membayangkan, mungkin akan sulit jika aku harus mengambil videonya di kost (karena tentu akan mengganggu tetangga kamar lain dengan gema suaraku yang tentu tidak akan kecil). Sudah terbayang juga di mataku, sesempit apa waktu yang bisa kugunakan untuk mempersiapkan diri, memikirkan konsep, hingga eksekusi pengambilan video di sela jam kerja. Tapi entah mengapa, aku tidak juga berhenti. Tetap kucoba-coba pula beberapa gaya pembacaan sajak yang sudah kupilih sebelumnya, kuniatkan pula menembus hujan untuk membeli tripod, dan menarik gas sepeda beberapa kilo untuk meminjam jilbab hitam seorang teman sebagai properti. Bahkan tanpa mengantongi konsep dan ide apapun soal bagaimana aku akan mengambil video, aku tetap melakukan semua itu dengan hati penuh dan senang.

Maka tibalah aku di hari terakhir pengumpulan karya. Pagi itu meski sudah siap dengan perlengkapan yang kira-kira kuperlukan, aku tetap belum menemukan konsep matang yang akan kueksekusi. Kucoba-coba mengambil video sendiri di dalam kamar berbekal tripod baru dan kamera ponsel, dengan posisi duduk kubawakan sajaknya. Mengapa duduk? Karena satu-satunya tembok polos di kamarku posisinya agak rendah. Jika aku mengambil gambar dengan posisi berdiri, akan tampak jelas saklar lampu dan ornamen lain yang terpasang di bagian atas sisi tembok kamar tersebut. Tapi tetap kucoba lakukan juga beberapa kali, dengan modifikasi gaya dan suara yang sekiranya bisa dilakukan.

Tapi tepat ditengah aku latihan membaca sajak, dari luar kamar terdengar suara derap langkah kaki keras dan suara obrolan dari beberapa orang. Oh mungkin tamu penjaga kost, pikirku. Tapi tak lama dari situ, terdengar bunyi perkakas bangunan yang bunyinya betul-betul bising, tepat di atas kamarku. Sial! Kostku sedang perbaikan hari ini. Mendengar bisingnya, pupus sudah harapanku untuk mengambil video di dalam kamar. Maka dengan sedih hati, kuketuk-ketuk ponselku berharap mendapat inspirasi. Beberapa teman yang kubagi ceritaku menyarankan untuk mengambil video di cafe-cafe yang tidak terlalu ramai. Ahh, yang ramai biasa saja aku tidak punya banyak referensi, apalagi yang sepi dan bisa digunakan untuk "teriak-teriak". Maka meski benar-benar minim, kucoba pula mengingat-ingat beberapa cafe yang pernah kudatangi sebelumnya, mana tau ada yang sesuai dengan kriteria yang kubutuhkan. Dan ahh, selain kuasa Tuhan Yang Maha Murah, tiba-tiba menyembul di pikiranku satu dari sedikit referensi cafe yang kumiliki yang kira-kira bisa kugunakan sebagai tempat untuk mengambil video: gallery cafe. Sebuah kafe di Surabaya tengah yang memiliki ruangan kosong untuk galeri seni, biasa digunakan untuk pameran atau kegiatan komunitas. 

Singkat cerita, akhirnya aku berhasil mendapatkan izin untuk menyewa galeri tersebut dan mengambil video dengan tenang. Semesta terasa seperti benar-benar berpihak padaku hari itu! Proses selanjutnya mulai editing sampai pengumpulan karyapun berjalan mulus.

Maka setelah menyelesaikan proses-yang-repot-nan-menyenangkan, malam itu barulah aku teringat pada hal-hal lain yang biasa mengisi hari dan hatiku: si Manis salah satunya. Maka disitu aku baru menyadari, ahh ternyata begini rasanya menggeluti sesuatu yang benar-benar disuka hingga lupa pada apa yang sedang dicinta. Maka percayalah aku pada sesuatu yang tak juga kupercaya betul selama ini, soal kiat-kiat jitu melupakan dan menghindarkan diri dari patah hati: menyibukkan diri pada sesuatu yang diminati. Dan percayalah juga aku pada apa yang dikata para pujangga bijak -yang sebenarnya sering juga kusangsikan kebenarannya-: ketika kita benar-benar berminat dan serius pada sesuatu, apapun yang terjadi semesta akan terasa terus mendukung dan mendorong kita kepada apa yang hendak kita capai. Semesta mendukung!

Komentar