PERCAYA


Aku baru tahu, tanggal 18 Maret yang lalu adalah peringatan hari tidur sedunia. Pantas saja malam itu tiba-tiba aku ingin tidur cepat. Pasti menyenangkan tidur cepat lalu bangun dengan keadaan lebih segar esok paginya, pikirku. Tapi ternyata malam itu aku tidak bisa tidur secepat yang aku pikirkan sebelumnya, banyak hal berlarian di kepala.

Awalnya aku tidak tahu persis apa yang mengganggu pikiranku. Maka aku mengizinkan semua emosi yang ingin muncul untuk mengambil panggung satu persatu (meskipun sepertinya mereka lebih ingin berdua atau bertiga sekaligus diatas panggung). Maka sambil membanjiri pipi dengan air mata, mulutku menganga lebar menahan suara teriakan, tangan kananku menghajar guling habis-habisan. Aku marah, sedih, dan takut bersamaan (mereka tetap memaksa berdesakan di atas panggung pikiranku yang sempit ini).

Lalu setelah mereka semua puas naik ke atas panggung dan tampak mulai lelah menari-nari di sana, aku mulai mendudukkan mereka ditengah panggung. Kuamat-amati mereka satu persatu sambil kutanyai, apa yang membuat mereka ingin ambil panggung malam itu. Aku menunggu agak lama, tapi semua diam tak ada yang mau angkat bicara. Karena kupikir cara ini tak akan berhasil, maka pertanyaan kuganti "apa yang kalian inginkan sebenarnya?" Dengan nada bergetar salah satu suara di ujung mendesis pelan, "aku mau dipercaya." Disitu mulutku kembali bergetar dan air mata membanjir lagi. Mendengar itu, suara-suara lain yang tadinya bungkam akhirnya muncul bersahutan. "Aku mau mama percaya bahwa aku sudah mempertimbangkan betul segala pilihanku, termasuk pilihan masa depanku." "Aku mau orang kantor percaya bahwa meski aku cuma pegawai outsourcing, aku bisa melakukan tugasku dengan baik (dan juga hidup dengan baik)." "Aku mau orangtuanya percaya, bahwa aku punya caraku sendiri untuk menghadapi berbagai situasi dalam hidup dan hubungan kami. Bukan berarti karena aku tidak menggunakan cara mereka, hasilnya tidak akan baik."

Maka malam itu aku sadar, anak perempuan yang dulu begitu yakin dengan apa-apa yang dipilih karena merasa dipercaya oleh orang lain; sekarang menjadi lebih sering gamang dan kehilangan pegangan, karena merasa tidak dipercaya lagi.

Komentar