RESEP


Semalam ngobrol banyak sama kakak. Sebenarnya belum lama juga tidak ketemu, tapi memang sepertinya setiap ketemu selalu ada saja soal yang dibahas hingga lewat tengah malam. Semalam topiknya soal keyakinan arah hidup. Kami belum pernah membahas soal ini sebelumnya, tapi ternyata masing-masing punya keresahan yang cukup kuat tentang ini. "Aku sekarang jadi bertanya-tanya, sebenernya jadi guru ini jalan hidupku apa bukan ya?" katanya tiba-tiba. Hah?! Dia yang sudah lebih dari 3 tahun menggeluti profesi ini, bahkan sampai menempuh pendidikan S2 lagi untuk menambah ilmu ternyata masih menyangsikan apa yang dijalani!

"Kenapa mikir gitu?"

"Entahlah, rasanya ada pekerjaan yang lebih bisa kunikmati ketimbang ini. Tugas-tugas administratif dibalik meja misalnya. Ahh, jadi guru sekarang sesulit itu! Susah membangun hubungan akrab sama murid."

"Wajar seharusnya, 'kan pembelajarannya jarak jauh. Proses pendekatannya mungkin memang butuh waktu lebih panjang atau proses yang berbeda."

"Tapi tetep, apa iya memang jadi guru ini jalan hidupku? Aku merasa nggak cocok jadi guru!"

Lalu aku tiba-tiba teringat sebuah artikel yang baru kubaca di sebuah platform tanya jawab di internet. Pertanyaannya cukup menarik, "Mengapa orang zaman dulu bisa punya pekerjaan yang sama dan tetap bahkan hingga puluhan tahun, misalnya pedagang nasi goreng atau pedagang angsle." Meskipun tidak kubaca utuh, tapi lebih kurang begini bunyi jawabannya: Karena pilihan dan akses informasi pekerjaan zaman dulu tidak sebanyak sekarang. Mungkin karena itu akhirnya orang memilih menekuni satu bidang yang sudah dipilih, dan terus mencoba untuk memperbaiki "resep"nya dari waktu ke waktu supaya dirasa makin baik. Ahh, mungkin memang jalan hidup harus dipilih lalu perlu diperbaiki terus-menerus "resep"nya sampai terasa nikmat.

Tapi kami tidak benar-benar terpaku disana, karena setelah itu topik obrolan meloncat kesana kemari mengikuti luapan-luapan apa saja yang tiba-tiba muncul dari pikiran kami masing-masing. Soal finansial, soal masa kecil, soal pasangan hidup, soal orang tua kami, soal apapun soal apapun. Sampai hampir tengah malam luapan-luapan yang cukup menguras energi juga ternyata, akhirnya membuat kami memutuskan untuk menyudahi saja obrolan hari itu. Tapi malam itu aku tidak langsung terlelap, aku masih menimbang-nimbang: kira-kira untuk diriku sendiri, aku perlu memperbaiki "resep" atau mengubah "jenis masakan" atau bahkan "wajan"nya ya?

Komentar