Seperti Landak
A, Nadin Amizah bilang di lagunya "hidup berjalan seperti bajingan. seperti landak yg tak punya teman". Aku rasa Nadin membuat baris lirik di lagu ini untuk aku. Minimal untuk orang sejenisku jika tak ingin berandai terlalu tinggi. Sendiri, kesepian seperti landaknya si Nadin.
Macem-macem pertanyaan terlontar dan tersimpan begitu saja di dalam otakku, hampir semua belum terjawab. Haus afeksi, doronganku menyalak liar lagi hari ini. Kalau nggak ingat janjiku ke kamu, mungkin sudah sejak tadi kulancarkan jurus pamungkas yang kamu ajarkan padaku waktu itu -yang bahkan kamu pun tak ingat-.
Tapi aku tau, aku nggak bisa begini. Mungkin aku juga takut. Jadi sebagai gantinya aku memilih menyetubuhi kata-kata. Aku beli bukunya Ayu Utami, Saman. Kubaca berulang-ulang bagian akhirnya saja. Bagian tubuhku sudah pasti mekar dan berontak. Bahkan malam ini saat kubuat tulisan ini, ia masih terus beradu kuat dengan akal sehat.
A, mengapa hidup penuh pertanyaan justru ketika kita sendirian. Soal partner bermain asmara, memang ada (meskipun kami lebih sering bermain dengan pikiran masing-masing ketimbang bermain sayang-sayangan, dan seringnya jadi saling adu gambling melempar opsi-opsi). Menarik memang, seperti main game yang nggak pernah kita tau garis akhirnya. Tapi aku tau, aku nggak bisa memenuhi bagian kosong di diriku semata-mata dengan kehadirannya. Aku harus penuh dulu.
Pertanyaan-pertanyaan sejenis ini semakin banyak dan semakin membuat aku merasa sendiri, sialnya. Sekarang leher belakangku jadi sakit. Mungkin salah tidur, aku tidur tengkurap tadi malam. Aku tau ini nggak baik, tapi enak sekali rasanya seperti lagi meluk orang.
Karena kita mahluk sosial, maka imaji diri selalu bisa menjadi pendengar yang baik. Juga kritikus handal. Pelan-pelan. Jangan sering-sering pake jurus yaa. Nanti harus ada jurus baru buat naikin tensi. Masi belum boleee.
BalasHapusBoleh tidur tengkurap, sebab kurang oksigen dan tekanan berlebih pada paru-paru seperti di dekap kematian. Tidak semua suka, tapi siapa saya?