KENDALI
Seorang pemudi dengan tas besar di punggung dan lengannya berjalan setengah mati menyusuri ruang tunggu stasiun
Tas yang ditenteng penuh dengan bekal dari ibunya
yang takut anaknya kelaparan di perantauan
Dengan setengah menolak, tentu dimasukkan pula bekal-bekal
itu meski berat
karena ingat saldo akhir di rekeningnya sudah mulai
kehilangan digit
Jadwal pemberangkatan kereta masih 10 menit lagi
namun decit gesekan rel dan roda kereta sudah terdengar
“Ahh kereta tidak terlambat lagi hari ini”
Tentu dengan segera ia melompat ke atas gerbong
Nomor kursinya ada dibagian depan,
saat itu masih kosong
Namun dihadapannya sudah berjejal 3 orang pemuda berbadan
besar,
sibuk menghabiskan nasi kotak dengan jenis sama
Ahh rupanya mereka sekawanan
Pemudi itu mengambil tempat ditengah bangku
sibuk menata posisi kaki agar tak bertumbukan dengan milik
pemuda-pemuda dihadapannya
Setelah menemukan posisi yang dirasa pas,
ia mulai membuka buku bacaan yang dibawanya
Menit-menit awal ia tenggelam dalam isi buku,
hanyut dalam cerita perjalanan Jayawarman
Bab berakhir dengan Jayawarman yang menjadi Bodhidarma
Buku ditutup,
pemudi itu melayangkan pandang menerawang keluar kereta
langit mulai gelap,
namun ia bisa menangkap bayang-bayang rerumputan serta
rumah-rumah warga yang seolah bergerak cepat
pikirnya melayang pada pertanyaan yang akhir-akhir ini
menghantuinya
“Apa tujuan hidupmu setelah ini?”
Hidup yang tak dikejar apapun kecuali waktu menjadi aneh dan
berbeda buatnya
Bangun pagi, bekerja, lalu pulang dan mencuci baju
Tentu dilakukan sambil menunggu notifikasi dari rekening di
akhir bulan
Pandangannya masih menerawang jauh keluar
ketika salah seorang pemuda ikut melayangkan pandangan
keluar jendela kereta
penasaran akan apa yang menarik perhatian pemudi didepannya
sedari tadi
Tak menemukan apapun yang menarik diluar sana,
pemuda tersebut memutuskan untuk melanjutkan tidurnya
Namun pendangan pemudi masih jauh menerawang keluar
semakin jauh menembusi dinding-dinding lapuk
rumah-rumah tak berpenghuni diluar sana
Seolah ada jawab disela-sela sambungan batanya
Namun tak ditemuinya juga
Ia mulai marah
dengan gusar berkali-kali diketuknya buku yang sedang
dipegang
seorang pemuda lain didepannya membuka mata perlahan
penasaran dengan keributan kecil yang tiba-tiba muncul
dihadapannya
setelah melihat apa yang terjadi, buru-buru ditutupnya lagi
matanya yang setengah terbuka
menjadi abai tampaknya menjadi pilihan bijak saat itu
Masih 4 stasiun lagi perhentiannya
kira-kira empat puluh menit lagi
Dalam waktu yang tersisa,
pemudi itu menenggelamkan diri
memejamkan mata dan membukanya kembali
Hanya duduk diam,
tanpa melakukan apapun untuk menggali jawab
Karena ia sadar
selama kendali berada ditangan masinis,
ia tak bisa berbuat apa-apa.
Komentar
Posting Komentar